Analisis Sistem Formularium 2013 Rumah Sakit St. Elisabeth - Bekasi

Sally Fedrini

Abstract


ABSTRAK Pelayanan instalasi farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus revenue center rumah sakit. Formularium rumah sakit merupakan landasan kebijakan manajemen rumah sakit dan menjadi prinsip penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan farmasi. Sistem formularium harus dikelola dengan optimal agar dokter dapat tetap konsisten memanfaatkan formularium. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah menganalisis sistem formularium 2013 RS St Elisabeth-Bekasi. Peneliti melakukan analisis mulai dari penyusunan, pengadaan dan pengawasan formularium; analisis ABC pemakaian, investasi dan indeks kritis; juga kesesuaiannya dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 2013. Hasilnya adalah, proses penyusunan formularium 2013 masih belum optimal, sistem pengendalian persediaan belum ada, dan rumah sakit belum menemukan sistem kontrol yang sesuai untuk mengawasi jalannya sistem formularium. Ditemukan 70860 pemakaian (5%) obat non formularium sejumlah Rp1.257.098.400. Terdapat 114 golongan obat yang ada di DOEN namun tidak ada di formularium. 65,89% obat formularium 2013 adalah slow moving. Ada 100 item (14%) memiliki nilai investasi 69,86% dari seluruh nilai investasi. Hanya 21 jenis obat (3.05%) yang sangat kritis terhadap pelayanan pasien. ABSTRACT Pharmaceutical service is one of the revenue center at the hospital. Hospital formulary system is the basic principles that must be considered in pharmacy management. Hospital formulary system should be managed optimally in order to mantain consistency of clinician's prescribing utilization. The purpose of this study is to analyze the system of St Elisabeth Hospital Formulary 2013-Bekasi. Researcher conducted analysis starting from the selection, procurement and supervision of the formulary; ABC analysis; also comparation with DOEN. This study using qualitative approach through in-depth interviews and document review. The results were: the process of formulary selection is still not optimal, there is no inventory control system, and hospitals have yet to find an appropriate control system to supervise the formulary system. There were 70.860 (5%) of non-formulary drugs used in the amount of Rp1.257.098.400, there are 114 drug classes in DOEN that does not exist in the formulary. 65.89% items of drug are slow moving. There are only 100 items of drugs (14%) had an investment of 69.86% of the entire investment value. There are only 21 types of drugs (3.05%) that are very critical to patient care. 

Keywords


ABC analysis; DOEN; formulary

Full Text:

PDF

References


(1) Departemen Kesehatan RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1045/2006/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

(2) Tjahjani R. 2004. Analisis Komparasi Daftar Obat yang Berkaitan dengan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit dalam Upaya Penentuan Daftar Obat Standar (Studi Kasus Manajemen Logistik Farmasi di Rumah Sakit Gatoel Mojokerto). Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan; Vol 2; No 3.

(3) Dwiprahasto, Iwan. 2014. Formularium Nasional Untuk Terapi Berbasis EBM dalam Jaminan Kesehatan Nasional; Sosialisasi Formularium Nasional Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian. Yogyakarta.

(4) Aditama, Tjandara. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:UIPress.

(5) Savelli, Anthony,et al. 1996. Manual for The Development & Maintenance of Hospital Drug Formularies (diunduh pada 28 Desember 2013 di http://pdf.usaid.gov/).

(6) Ayu Gusti. 2012. Proses Pembuatan Formularium di Rumah Sakit Umum Dharma Yadnya. Jakarta: Universitas Indonesia.

(7) World Health Organization. 2004. Management of Drugs at Health Centre Level (diunduh 3 Januari 2014 di http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s7919e/s7919e.pdf).

(8) ASHP. 2008. Statement on the Pharmacy & Therapeutics Committee & the Formulary System (diunduh pada 20 Oktober 2013 di http:// www.ashp.org 2008).

(9) Siregar, Ch. J.P., Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan; 25-49. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(10) World Health Organization (WHO). 1997. Public-Private Role in the Pharmaceutical Sector, WHO/DAP/97.l2. Geneva.

(11) Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Penyusunan Formularium Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

(12) Atmaja Karuna. 2012. Penggunaan Analsis ABC Indeks Kritis Untuk Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik di Rumah Sakit M.H. Thamrin Salemba. Jakarta: Universias Indonesia.

(13) Febriawati Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta: Goysen Publishing.

(14) Quick Jet al. 1997. Managing Drug Supply, Second Edition. Jakarta: Kumarian Press.

(15) Anggriani, Yusi, et al. 2008. Pengaruh Proses Pengembangan dan Revisi Formularium Rumah Sakit Terhadap Pengadaan Stok Obat. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia (diunduh pada tanggal 14 Oktober 2013 di http://repository.univpancasila.ac.id/).




DOI: http://dx.doi.org/10.7454/arsi.v1i2.2172

Refbacks

  • There are currently no refbacks.